Rabu, Juli 09, 2008

Kisah Pemadat Bule Masuk Islam

Seorang pemuda Kanada lahir dari sepasang suami isteri Kanada yang peduli dengan agama. Ketika menginjak usia sebelas tahun ia serius membandingkan berbagai agama yang ada karena ia merasa tidak puas dengan agama asalnya, yaitu Kristen. Semua agama ia pertanyakan, kecuali Islam. Ia samasekali tidak tertarik mempelajari Islam karena opininya begitudalam terformat bahwa Islam merupakan agama kegelapan. Menurutnya Islam merupakan agama para teroris sebagaimana yang selama ini dikesankan oleh media Barat pada umumnya.

Namun sayang, belum sampai ke penghujung perjalanan ruhaninya, keburu sebuah tragedi menimpa keluarganya. Ayah dan ibunya bercerai. Ayahnya pergi meninggalkan anak-isterinya. Sedangkan ibunya terperosok ke dalam lembah hitam narkoba. Dalam keadaan seperti itu si anak muda inipun terbawa menjadi seorang pemadat. Awalnya ia hanya menjadi seorang pengguna. Namun dengan berjalannya waktu ia naik pangkat dan akhirnya menjadi pengedar di samping pengguna. Dan tidak lama kemudian ia bahkan menjadi salah seorang pimpinan jaringan narkoba papan atas di Kanada.

Saat ia mencapai karir tertingginya di dunia gelap jaringan narkoba, iapun tertangkap dan akhinya berurusan dengan polisi. Ia sempat masuk penjara selama empat tahun.

Setelah menjalani masa tahanannya, begitu keluar iapun segera mengunjungi salah satu pangkalan favorit tempat para pemadat biasa berkumpul. Maka mulailah iapun menikmati suasana ”fly” dengan narkobanya. Saat ia sedang sakau itulah ia duduk di samping seorang pemuda keturunan Maroko yang dilihatnya agak berbeda saat melinting rokoknya. Iapun bertanya: ”Anda berasal dari mana? Kok anda melinting rokok berbeda dengan kebanyakan orang di sini?” Pemuda itu menjawab: ”Inilah kebiasaan orang di negeri saya ketika melinting rokok.”
”Anda berasal dari mana?”
”Saya berasal dari Afrika Utara, dari Maroko. Itulah negeri nenek-moyang saya.”
”Kalau begitu anda seorang muslim ya?”
” Iya benar, saya seorang muslim dari Maroko.”

Maka sambil keduanya tenggelam dalam narkobanya masing-masing, mulailah keduanya terlibat dalam sebuah dialog panjang-lebar seputar agama Islam. Si pemuda Kanada menanyakan berbagai hal mengenai agama Islam, sementara si pemuda keturunan Maroko menjawab sebatas pengetahuannya. Ternyata dialog mereka berlangsung terus sampai keduanya kehabisan narkoba. Tanpa disadari keduanya telah ngobrol seputar Islam selama tidak kurang dua jam di tempat mangkalnya para pemadat.

Tapi si pemuda Kanada masih belum puas. Masih banyak pertanyaan yang mengganjal. Sedangkan si pemuda Maroko sudah kehabisan pengetahuan yang ia miliki seputar Islam. Tiba-tiba datang pemuda ketiga yang ternyata berasal dari keturunan Aljazair ikut terlibat dalam perbincangan seputar Islam itu. Maka perbincangan seputar Islam dilanjutkan dengan narasumbernya beralih kepada si pemuda Aljazair. Namun pada saat-saat tertentu kadang terjadi perselisihan pendapat antara si pemuda Aljazair dengan si pemuda Maroko. Ini wajar. Karena dalam sejarah Islam bahkan perpedaan pendapat antara para ulama saja sering dijumpai, apalagi antara sesama orang awam ilmu agama. Sesi kedua ”seminar” berakhir dua jam berikutnya.

Ternyata bermula dari perbincangan soal Islam di pangkalan para pemadat, si pemuda Kanada alhasil memperoleh hidayah iman dan Islam. Iapun mengikrarkan dua kalimat syahadat.

Setelah beberapa tahun semenjak ia masuk Islam; dalam suatu kesempatan Muslim Youth Gathering si pemuda Kanada tadi menceritakan riwayat hidupnya kepada sesama peserta. Termasuk ia menceritakan soal pengalaman awalnya mendapat hidayah di pangkalan pemadat. Sewaktu ia sedang menceritakan pengalamannya salah seorang peserta berkomentar: ”Jelek sekali pemuda muslim Maroko dan Aljazair itu berada di tempat para pemadat yang terkutuk!”

Maka dengan suara tinggi si pemuda Kanada tersebut berkata: ”Saya tidak tahu di mana keberadaan dan bagaimana nasib kedua pemuda yang ngobrol dengan saya di pangkalan pemadat itu. Tapi suatu hal yang perlu Anda ketahui bahwa jika saat ini saya beramal sholeh atau beribadah; entah itu sholat atau puasa atau yang lainnya, maka kedua pemuda Maroko dan Aljazair tadi mendapat bagian dari pahala kebaikan yang saya kerjakan. Sebab merekalah yang telah berjasa pertama kali memberi hidayah iman dan Islam kepada saya.”

Demikianlah, betapa besarnya ganjaran berda’wah mengajak manusia ke jalan hidayah iman dan Islam.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa sesungguhnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Barangsiapa mengajak kepada petunjuk maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang mengikutinya. Dan barangsiapa mengajak kepada kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang yang mengikutinya.” (HR Muslim 13/164)

Itulah di antara rahasia mengapa dalam ajaran Islam kita diperintahkan untuk mendoakan sholawat dan salam bagi Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam sebab beliau adalah orang paling pertama yang berjasa menyebarkan hidayah iman-Islam ke tengah ummat manusia. Allahumma sholli wa sallim wa baarik ’ala Muhammadin wa ’ala aalihi wa ashabihi wa man tabi’ahum bi ihsaanin ilaa yaumid-diin...


Oleh Ihsan Tandjung

Selasa, Juli 08, 2008

Tahukah kita???

Jika setiap pagi bank memberi anda pinjaman uang sebesar Rp. 86.400,-bebas untuk digunakan hanya pada hari itu saja, apa yang anda lakukan? Pastinya anda akan memanfaatkan uang itu sebaik-baiknya sebelum hari itu berakhir. Daripada hangus begitu saja, ya kan?

Kita semua memiliki bank seperti itu, namanya WAKTU. Setiap pagi, ia akan memberi anda pinjaman 86.400 detik yang akan hangus jika tidak digunakan pada hari itu juga. Tidak ada waktu tambahan dan tidak ada juga “uang muka” untuk pinjaman esok harinya. Jadi, gunakan waktu anda sebaik-baiknya dan mulailah bertindak sekarang juga.

Agar tahu pentingnya waktu SETAHUN,
tanyakan pada murid yang tidak naik kelas.

Agar tahu pentingnya waktu SEBULAN,
tanyakan pada ibu yang melahirkan bayi prematur

Agar tahu pentingnya waktu SEHARI,
tanyakan pada tukang bakso yang tidak bisa jualan hari ini.

Agar tahu pentingnya waktu SEMENIT,
tanyakan pada orang yang ketinggalan pesawat terbang

Agar tahu pentingnya waktu SEMILIDETIK,
tanyakan pada peraih medali perak cabang renang di Olimpiade


Tetap SEMANGAT!
Rosa S Rustam

Minggu, Juli 06, 2008

Ikhlas kah kita?

Ketika kesusahan itu tidak tampak oleh kita, kita masih mampu berkata bahwa kita ikhlas menjalani hidup ini. Namun, bagaimana jika kesusahan itu tampak oleh kita? Belum tentu kita mampu mengatakan kita ikhlas menghadapinya. Ketika ada agenda dakwah yang meminta kita mempertaruhkan nyawa, sering kita menghindar darinya. Apakah ini sebuah tanda bahwa dakwah yang kita tekuni selama ini kita jalani dengan ikhlas atau tidak?

Kita tahu, bahkan sering kita dengar lewat taujih/tausiyah, bahwa sesunggunya kita ini adalah milik Allah, karena Allah sudah membeli kita. Tetapi kenapa, ketika datang agenda dakwah yang menuntut kita mengorbankan harta dan waktu, kita selalu berusaha menghindar. Ini adalah sebuah ujian dari Allah untuk melihat siapa sesungguhnya yang ikhlas dalam berdakwah. Siapa yang benar-benar memahami dakwah secara menyeluruh, yang tidak pernah mengenyampingkan antara aspek ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah.

Terkadang secara fikriyah kita sangat memahami bahwa tidak akan tegak Dinul Islam tapa jihad, tetapi ketika ada panggilan i'dad untuk berjihad kita menolak. Atau secara ruhiyah kita sangat memahami bahwa bidadari sedang menanti para syuhada di surga Allah, tetapi ketika ada panggilan jihad kita mencari jalan untuk menghindar. Terkadang kita mengatakan "yang lebih kuat lah yang duluan". Atau "ada yang lebih pantas untuk menjalaninya". Atau "secara fisik saya belum memenuhi syarat untuk mengikuti i'dad tersebut". Atau juga "saya tidak memiliki muyul/kecenderungan kearah sana".

Apakah kita pantas menjawab dengan jawaban seperti itu? Bukankah kita tahu bahwa kita ini milik Allah? Apakah yang kita takuti selain Allah? Apakah kita takut akan kematian yang sudah pasti akan mendapati kita? Hanya waktunya saja yang kita tidak tahu kapan maut akan menghampiri kita. Lalu kenapa kita harus takut?

Semua itu bisa terjadi kalau kita berdakwah tidak sempurna, syumul, menyeluruh. Kalau kita tidak ikhlas karena Allah dalam berdakwah, ujian kematian dalam menjalankan tugas dakwah akan membuktikannya. Apakah kita termasuk golongan yang mau enaknya saja. ketika dakwah ini sedang diatas angin kita bergabung, namun ketika dakwah ini membutuhkan jiwa dan harta kita untuk menegakkan agama Allah kita mencari langkah untuk menghindar darinya. Pantaskah itu terjadi dalam diri kita?

Mari senantiasa kita perbaharui niat kita. Perbaharui keikhlasan kita pada Allah. Terus dan terus memperbaiki. Terus dan terus berdzikir dan istighfar. Agar hati ini dekat dengan Allah dan tidak ada rasa takut, khawatir, was-was dalam diri kita ketika Allah meminta nyawa kita.

Jumat, Juli 04, 2008

Tafsir QS. Annas 1-6

"katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan yang memelihara dan menguasai manusia(1) Raja manusia(2) Sembahan manusia(3) Dari kejahatan bisikan setan yang biasa bersembunyi(4) yang biasa membisikkan kejahatan kedalam dada manusia(5) dari golongan jin dan manusia(6)"

Dalam ayat ini terbagi dalam 2 bagian. Bagian pertama adalah tujuan atau tempat kita berlindung yaitu Tuhan yang menguasai dan memelihara manusia, Raja manusia, Sembahan manusia. Bagian kedua adalah dari apa kita berlindung, yaitu kejahatan bisikan setan yang biasa bersembunyi dan biasa membisikkan kejahatan kedalam dada manusia dari golongan jin dan manusia.

Allah SWT, memberikan pengarahan kepada Rasulullah saw, dan umatnya untuk memohon perlindungan hanya kepadaNYA, dengan meresapi makna-makna sifat Allah yakni Rabb, Malik, Ilah. Yakni berlindung dari kejahatan yang bersembunyi namun tetap dapat terus merasuk, yang tidak dapat ditolak dan dihadapi kecuali hanya dengan pertolongan dari Allah dengan tiga sifat tersebut.

Rabb adalah Tuhan yang memelihara, yang mengarahkan, yang menjaga, dan yang melindungi.
Al-malik adalah Tuhan yang berkuasa, yang menentukan keputusan, dan yang mengambil tindakan.
Al-ilah adalah Tuhan yang Maha Tinggi, yang mengungguli, yang mengurusi, yang berkuasa.

Sudah menjadi karakter setan dalam hal merasuki kejahatan kedalam dada manusia selalu bersembunyi, tanpa disadari oleh manusia. Setan akan terus masuk dan membisikkan kejahatan kedada manusia secara halus. Namun perlu disadari juga bahwa sesungguhnya setan itu tidak hanya datang dari golongan jin saja, tetapi juga dari golongan manusia. Sebagaimana kita ketahui kisah Adam a.s, yang berhasil dibisikkan setan dan akhirnya dikeluarkan ke bumi untuk menjalani hukuman akibat bisikan jahat setan.
Setan selalu bersembunyi dan siap siaga untuk membisikkan kejahatan ketika manusia tersebut lalai dari mengingat Tuhannya. Ketika manusia sedang mengingat Allah maka setan akan lari terengah-engah untuk kembali ketempat persembunyiannya sambil menunggu kesempatan berikutnya. peperangan antara manusia dan iblis (setan dari kalangan jin) tidak akan pernah berakhir sebelum datangnya hari kiamat, karena itu sudah menjadi perjanjian antara jin dan Allah. Makanya kita sebagai manusia hanya akan mampu menghadapi bisikan jahat setan tersebut dengan selalu mengingat Allah setiap saat.

Sabtu, Maret 22, 2008

Jiwa-Jiwa Peduli

Pak Agus. Begitulah ia disapa. Ia bukan siapa-siapa. Bukan pula termasuk menteri yang direshuffel ataupun yang dilantik menjadi menteri Kabinet Indonesia Bersatu. Tetapi peran kesehariannya begitu berarti. Sejak 2 tahun lalu, ia bersama 56 keluarga terus berjuang mengadu nasib di Ibu Kota untuk terus bertahan hidup di jantung negara ini.

Kesehariannya adalah sebagai pemimpin para pemulung. Banyak orang yang menganggap pekerjaan ini terlalu murahan. Tetapi bagi pak Agus menjadi pemimpin para pemulung menjadi begitu terhormat. Melalui kebersamaannya dengan para pemulung, ia terus menyemangani para pemulung untuk tidak putus asa.

Bagi komunitas pak Agus, barangkali bekerja sebagai pemulung tak lepas dari upaya memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Tetapi bagi bangsa ini, perjuangan komunitas pak Agus ini adalah sebuah perjuangan. Merekalah sejatinya pejuang kebersihan.

Kepedulian pak Agus dkk terhadap sampah, diharpkan dapat menjadi stimulan masyarakat perkotaan. Sampah memang menjadi problem besar di Ibu Kota. Apalagi dengan model pengelolaan Tempat Penampungan Akhir (TPA) secara tidak profesional. Sehingga bagi masyarakat perkotaan sampah tak ubahnya sebagai beban. Lain halnya bagi pak Agus dkk, sampah begitu bernilai guna.

Di negeri yang begitu kaya dengan keanekaragaman sumberdaya lokalnya, orang seperti pak Agus tidak sedikit. Tetapi peran-peran mereka seringkali tertutupi oleh issue politik. Kita tentu masih ingat tatkala gelombang tsunami melanda bumi serambi mekah. Para pengemis pun turut berderma. Padahal kita tau betul betapa mereka sangat membutuhkan. Tetapi nurani mereka begitu luluh merasakan dan menyaksikan penderitaan saudara-saudara mereka yang menjadi korban dan pengungsi.

Tetapi sekali lagi, kepedulian mereka seolah terhenti karena merasa tak ada lagi yang pantas untuk dibantu. Tak ada lagi bencana seperti gelombang tsunami, gempa, banjir, gunung meletus atau busung lapar. Padalah di balik issue politik yang terus mengglinding, saat ini bencana sosial tak kalah dahsyatnya dengan gelombang tsunami. Kemiskinan, rawan pangan, pengangguran dan jutaan pengungsi tengah berjuang untuk bertahan hidup.

Untuk itu, kita perlu pak Agus-pak Agus yang lain. Yang berjuang untuk orang banyak. Merasa tidak nyaman dan nikmat tatkala saudaranya, tetangganya masih kelaparan, masih menganggur dan masih miskin. Dan merasa tak anyaman dengan keterbelakangan bangsanya. Dari sampah saja pak Agus bisa menghidupi 56 KK, apalagi dari sumberdaya yang lain. Semoga. Wallahua'lam bishshowab. (Efri S. Bahri, efrisb@gmail. Com)

Selasa, Februari 12, 2008

Peradaban Madani

langkah peradaban

menurut Anis Matta, dalam bukunya Dari Gerakan Ke Negara, mengatakan bahwa untuk mennuju bangsa yang madani ada tiga langkah yang dapat kita jalani.

langkah 1 : afiliasi
kita harus menempatkan afiliasi kita dengann benar yaitu hanya pada Allah SWT .

langkah 2 :
partisipasi
kita dituntut untuk dapat ikut melakukan hal yang terbaik untuk menuju bangsa yang madani. dalam hal ini kita lebih menampilkan kesalehan pribadi ditengah lingkungan kita.


langkah 3 :
kontribusi
pada tahapan ini kita menunjukkan ke-profesional-an kita dalam lingkup masyarakat besar. kita mengambil peran dalam lingkungan yang besar dan memberikan pengabdian atas konsentrasi keilmuan kita. misalnya sebagai seorang ekonom, hendaknya memikirkan dan memberikan kontribusi dalam dunia ekonomi untuk mengembangkan ekonomi keIslaman.

Tazkiyatun Nafs

Urgensi Tazkiyatun Nafs

Seperti yang kita ketahui bahwa makna dari Tazkiyatun Nafs adalah penyucian jiwa. Permbersihan jiwa dari berbagai bentuk kotoran yang melekat dalam hati setiap manusia. Tazkiyatu Nafs sangat penting bagi setiap manusia. Hal tersebut dikarenakan:

1. Merupakan bagian penting dalam dakwah. Dalam hal ini adalah pembersihan aqidah umat. seperti yang di jelaskan dalam QS. Al Jumu'ah : 2

2. Syarat untuk memperoleh hidayah dari Allah SWT. Karena sesungguhnya ketaatan kepada Allah itu didasarkan pada "mau atau tidak mau"nya seseorang mendekatkan diri pada Allah, bukan pada dasar "tahu atau tidak tahu"nya orang tersebut.

3. Syarat untuk mendapatkan pertolongan Allah SWT. Umar ibnu Khattab r.a berpesan ketika menghadapi peperangan " bukanlah kekuatan musuh yang aku takutkan, melainkan jika ada diantara kalian yang bermaksiat pada Allah SWT ".

Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana metode Tazkiyatun Nafs tersebut yaitu:
1. Metode proteksi
pada metode ini kita harus melakukan proteksi jiwa kita dari segala bentuk kemaksiatan.
2. Metode pembersihan
kita harus senantiasa menjaga kwalitas ibadah kita kepada Allah. Ibadah yang benar secara syariat, yang telah dicontohkan Rasulullah kepada umatnya.